Sikap generasi leluhur dan sikap generasi penyusul

Agama Islam telah berhasil dengan ajaran-ajarannya yang luhur membangun suatu umat yang kuat dalam bidang rohani maupun jasmani, umat yang tekun beribadah dan bertaat kepada Allah, melakukan amal kebajikan, berjihad dan berjuang menegakkan kebenaran dan norma-norma akhlak dan budi pekerti yang tinggi dan berusaha dan bekerja keras dan giat untuk kepentingan melindungi agama Allah dan mengejar kemajuan dan kesejahteraan duniawi. 

Umat yang merupakan generasi pewaris ajaran-ajaran Muhammad saw. telah berhasil mencapai tingkat kemajuan rohani dan jasmani yang tidak pernah dicapai oleh generasi-generasi yang mendahuluinya, sehingga layak memperoleh apa yang telah dijanjikan oleh Allah swt. bagi hamba-hamba-Nya yang konsekwen mematuhi segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Berfirmanlah Allah swt.:

 “Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama Dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. dan mereka Itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.”At-Taubah 88). . 

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah.” (At-Taubah 100).

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya).” (AL-Ahzab 23). 

Kemudian datanglah menyusul generasi-generasi yang menyeleweng dari jalan yang diempuh oleh generasi-generasi pendahulunya. Mereka mealpakan ajaran-ajaran Islam yang luhur itu, mengomentari dengan berbagai komentar yang menyimpang dari tujuan aslinya, menafsirkannya sekehendak hawa nafsu. Ajaran-ajaran mestinya menjadi pedoman hidup dan sudah jelas gamblang dengan nash-nashnya dijadikannya bahan debat dan mujadalah yang tidak berputus-putus. Ajaran-ajaran yang pada hakekatnya merupakan kekuatan pendorong yang seyogyanya membangkitkan semangat kerja dan berusaha diputar balikkan dan diubahnya sedemikian rupa sehingga menina bobokkan dan menjadikan orang malas kerja, enggan beramal, segan berlomba-lomba mengejar kemajuan dan kesejahteraan rohani dan jasmani. Pikiran orang menjadi beku, akalnya menjadi dungu dan inisiatifnya terhenti tidak berkembang. 

Keadaan yang demikian itu membuahkan makin lemahnya rasa keagamaan, yang pada gilirannya membuahkan kerusakan akhlak dan moral dalam masyarakat. Dan suatu bangsa atau ummat yang sudah kehilangan pegangannya pada agama dan akhlak akan kehilangan kemerdekaan dan kedaulatannya cepat atau lambat. 

Sesungguhnya agala Islam sebagaimana telah dibuktikan oleh sejarah, telah sanggup menghantarkan umatnya ke puncak kesempurnaan morieel dan materieel dan tidak tersendat langkah-langkah majunya pada akhir masa keemasannya melainkan setelah menyeleweng dari jalan yang lurus dan benar yang telah digariskan oleh Allah lewat Rasul-Nya Muhammad saw. Maka tidak benarlah apa yang dolontarkan oleh sementara orang bahwa agamalah yang membawa kemunduran sesuatu umat dan menjadi penghambat bagi kemajuan, dan karenanya agama harus dipisahkan dari tata kehidupan dan tata pergaulan masyarakat. Agama Islam yang penuh dengan anjuran dan dorongan untuk beramal dan bekerja keras, tidak mungkin akan menjadi penghambat, jika para umatnya benar-benar menghayati dan mengamalkan ajaran-ajarannya yang murni secara menyeluruh dan konsekwen.