Maksiat: Bagaimana Seseorang bisa Lupa Diri?

Termasuk di antara dampak buruk maksiat adalah lupa diri. Apabila hamba telah lupa diri, ia akan menelantarkan dirinya dan menjadikannya rusak binasa. Jika ditanyakan kepadanya, "Bagaimana bisa seorang hamba lupa diri? Bila ia lupa pada dirinya sendiri, lalu apa yang selalu diingatnya? Apa yang dimaksud dengan lupa diri?" Memang, manusia itu bisa saja iupa pada dirinya. Allah Swt. berfirman: 

"Dan, janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka Itulah orang-orang yang fasik.( Al-Hasyr [59] : 19)" 

Tatkala manusia telah melupakan Tuhan, Dia pun melupakan mereka dan membuat mereka lupa pada diri mereka sebagaimana dalam firman-Nya: 

"...Mereka telah lupa kepada Allah maka Allah melupakan mereka...( At-Taubah [9] : 67)” 

 Allah menghukum orang yang melupakan-Nya dengan dua hukuman. Pertama, Allah melupakannya. Kedua, Allah membuatnya lupa pada dirinya sendiri. 

Allah melupakan hamba dengan membiarkannya, meninggalkan, serta menyia-nyiakannya sehingga ia cenderung lebih dekat kepada kebinasaan daripada jarak tangan dengan mulut. Maksud Allah membuatnya lupa pada dirinya sendiri adalah Dia membuatnya lupa pada hal-hal yang mulia untuk dirinya dan laktor-faktor yang menjadi sebab keselamatan, kesuksesan, dan perbaikan bagi dirinya sampai-sampai hal itu sama sekali tidak terlintas dalam benaknya. Dia membuatnya tidak ingat dan tidak memperhatikan semua itu hingga tidak sempat tebersit dalam benaknya untuk berusaha meraihnya. Dia juga menjadikannya lupa akan aib, kekurangan, dan keburukannya sehinusra tidak terlintas suatu keinginan untuk menghilangkan serta memperbaiki semua itu. Dia membuatnya lupa pada penyakit yang bersemayam dalam hatinya serta rasa sakitnya sehingga tidak terlintas dalam hatinya untuk mengobati dan berusaha menghilangkan penyakitnya itu meski akan mengantarnya kepada kebinasaan. Ia adalah orang sakit yang lupa akan sakitnya. Padahal, sakitnya itu mengarah kepada kebinasaan, namun ia tidak merasakannya. Bahkan, sama sekali tidak pernah tebersit dalam hati untuk mengobatinya. Hal ini termasuk hukuman yang paling berat bagi siapa pun. 

Hukuman manakah yang lebih berat daripada hukuman berupa menelantarkan diri sendiri, menyia-nyiakan serta melu¬pakan kebaikan-kebaikan baginya, melupakan penyakitnya dan faktor penyebab keselamatan serta kesuksesan kehidupannya yang abadi di surga yang penuh kenikmatan?! 

Barang siapa yang mencermati hal ini, ia pasti tahu bahwa kebanyakan makhluk di dunia ini telah lupa diri. Mereka telah menelantarkan dan menyia-nyiakan bagiannya yang telah disediakan oleh Allah. Bahkan, mereka telah menjual dirinya dengan harga murah. Hal ini akan mereka sadari kala maut menjemput. Ini akan semakin tampak disadari ketika kiamat datang bahwa dirinya telah tertipu dalam akad perjanjian dengan nafsunya di dunia ini dan dalam perdagangan yang ia lakukan untuk kehidupan akhiratnya. 

Orang-orang yang merugi adalah yang menganggap bahwa dirinya telah untung, padahal tidak sama sekali. Mereka membeli kehidupan dunia dengan menjual kebaikan dan kenikmatan kehidupan akhirat yang seharusnya menjadi bagiannya. Mereka telah menghabiskan kenikmatan di kehidupan dunia dan telah merasa puas dengannya. Usaha mereka hanya terfokus untuk mendapatkan kenikmatan di dunia. Mereka menjual sesuatu yang tertunda, ditukar dengan sesuatu yang kontan, dan menjual sesuatu yang gaib, ditukar dengan sesuatu yang tampak di depan mata. Mereka mengatakan, "Inilah keindahan." 

Ada juga yang mengatakan: "Ambillah yang kau lihat dan tinggalkanlah apa-apa yang telah kau dengar! Bagaimana munekin aku meniual sesuatu yang nyata di dunia ini dengan sesuatu yang gaib dan tertuna di akhirat?! 

Keadaan semacam ini menjadi lebih parah dengan lemahnya iman dan kuatnya dorongan syahwat, besarnya cinta kepada dunia, dan sejenisnya. Kebanyakan manusia melakukan perdagangan yang merugikan ini sebagaimana telah difirmankan oleh Allah Swt.: 

"Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka, tidak akan di ringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong."( Al-baqarah [2] : 86) 

"Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk maka tidak beruntung perniagaan mereka dan mereka tidak, mendapat petunjuk."( Al-Baqarah [2] : 16) 

 Tatkala kiamat telah datang maka tampaklah kerugian mereka dalam perdagangan ini sehingga mereka menyesal. Adapun orang-orang yang beruntung, mereka menukar sesuatu yang fana dengan yang kekal, sesuatu yang murali dengan sesuatu yang mahal harganya, dan sesuatu yang hina dengan sesuatu yang mulia. Mereka berkata, "Berapakah ukuran nilai dunia ini dari awal hingga akhir sehingga kita patut menukarnya dengan bagian kita yang disediakan oleh Allah di akhirat? Bagaimana mungkin seorang hamba mendapatkan kenikmatan hakiki dalam waktu yang hanya bagai mimpi singkat dan sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan akhirat?! 

Allah Swt. berfirman:

"Dan, (Ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengmnpulkan mereka, seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan....( Yunus [10] : 45)"

"(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kebangkitan, kapankah terjadinya? Siapakah kamu (maka) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangki't). Pada hari mereka melihat hari berbangk.it itu. mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan hanya di waktu sore atau pagi hari saja."( An-Nazi’aat [79] : 42-46) 

“... Pada hari mereka melihat azab yang di ancamkan kepada mereka, mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari" (Al-Ahqaaf [23] : 112-114), 

“Allah bertanya, 'Berapa tahunkah lamanya kalian tinggal di bumi?' Mereka menjawab, 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung!' Allah berfirman, 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui.( Al-Mu’minun [23] : 112-114)" 

''(Yaitu) pada hari ditiupnya sangkakala dan Kami akan mengumpulkan orang-orang yang berdosa pada hari itu dengan muka yang biru muram. Mereka saling berbisik di antara mereka, 'Kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanyalah sepuluh (hari).' Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika orang yang paling lurus jalannya di antara mereka berkata, 'Kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanyalah sehari saja.( Thaahaa [20] : 102-104)" 

Itulah hakikat dunia saat hari kiamat datang. Ketika mereka menyadari bahwa mereka hidup di dunia ini hanya sebentar dan ada kehidupan selain di dunia ini, yaitu negeri akhirat yang kekal, barulah mereka sadar bahwa menjual akhirat yang kekal ditukarkan dengan dunia yang fana adalah ketertipuan yang terbesar. Maka dari itu, berdaganglah sebagaimana orang-orang yang cerdas! Mereka tidak tertipu dengan perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang yang bodoh. Keuntungan dan nilai dari sesuatu yang mereka beli tampak jelas di hari kiamat. Setiap orang di dunia ini adalah pembeli, penjual, dan juga pedagang. Semua manusia itu membeli dan membebaskan dirinya atau ada juga yang membinasakan dirinya sendiri. Firman Allah: 

"Sesungguhnya, Allah telah membeli Jari orang orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur'an. Dan, siapakah yang lebih menepati janjinya [selain) daripada Allah? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu. Dan, itulah kemenangan yang besar."( At-Taubah [9] : 111) 

Inilah awal pembayaran tunai dari perdagangan tersebut. Oleh sebab itu, berdaganglah wahai orang-orang yang bangkrut! Wahai orang yang tak mampu membayar nilai harga itu, ada harga lain yang dapat ditawarkan. Jika kamu ingin ikut dalam perdagangan ini maka bayarlah harganya! Allah Swt. berfirman: 

''Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang ahli beribadah, yang memuji, yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah yang mungkar, dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan, gembirakanlah orang-orang mukmin itu.( At-taubah [9]: 112)" 

 “Hai orang-'brang yang beriman, adakah kalian suka Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian dari azab yang pedih? (Yaitu) kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian, ludah yang lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahui."( Ash-Shaff [61] : 10-11) 

Maksudnya adalah bahwa dosa-dosa itu dapat membuat hamba lupa akan bagiannya dari perdagangan yang menguntungkan ini dan menyibukkannya dalam perdagangan yang membawa rugi. Hal yang demikian ini sudah cukup sebagai hukuman atas dosa- dosa yang dilakukan.