Menghilangnya keberkahan umur, rezeki, ilmu, amal dan ketaatan

Di antara dampak buruk maksiat adalah dapat menghilangkan keberkahan umur, rezeki, ilmu, amal dan juga ketaatan. Secara global, maksiat itu dapat menghilangkan keberkahan agama dan dunia. Tidak akan ada keberkahan sedikit pun dalam agama dan dunia bagi orang yang bermaksiat kepada Allah. Keberkahan bumi tidak akan lenyap kecuali sebab berbagai kemaksiatan yang dilakukan oleh makhluk. 

Allah Swt. Berfirman: 

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan ber¬takwa. pasti Kami akan melimpahkan berkah kepada mereka dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan {ayat-ayat Kami) itu maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Q.S. Al-A’raf [7] : 96)" Dia juga berfirman: 

"Dan. seandainya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum mereka air yang segar (rezeki yang banyak) supaya Kami beri cobaan mereka dengannya. Dan, barang siapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat pedih.(Q.S. Al-Jinn [72] : 16-17)" 

 Seorang hamba akan terhalang dari rezeki sebab dosa yang ia perbuat. Diterangkan dalam sebuah hadits, "Ruh Kudus (malaikat Jibril) berbisik kepadaku bahwa nyawa tidak akan mati hingga habis rezekinya. Maka dari itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam memohon! Karena, tiada yang dapat diperoleh dari sisi-Nya kecuali dengan taat kepada-Nya. Dia menjadikan kedamaian dan kesenangan dalam ridha dan yakin, dan menjadikan keresahan dan kesusahan dalam ragu-ragu dan amarah.' 

Dalam kitab Az –Zuhd, Imam Alunad menyebutkan suatu riwayat yang berbunyi, "Aku adalah Allah. Jika Aku ridha maka ku pasti memberi keberkahan, dan keberkahan-Ku itu tiada terbatas. Namun, jika Aku murka, Aku melaknat, dan laknat Ku .mpai tujuh turunan." 

Keluasan rezeki dan amal tidak bisa diukur dengan banyaknya, dan panjangnya umur tidak diukur dari banyaknya bulan dan tahun. Akan tetapi, keluasan rezeki dan umur itu diukur dengan keberkahan yang ada di dalamnya, sebagaimana telah dijelaskan belumnya bahwa umur hamba adalah durasi waktu hidupnya, dan tiada kehidupan bagi orang yang menyimpang dari Allah, sementara ia sibuk dengan selain-Nya. Jika seperti itu, kehidupan ia binatang lebih baik daripada kehidupannya. Ini karena hidup manusia itu tergantung pada kehidupan hati dan jiwanya. Tidak ada kehidupan bagi hatinya kecuali dengan mengenal Sang Penciptanya, mencintai-Nya, mengabdi kepada-Nya, kembali pada-Nya, tenang berdzikir kepada-Nya, serta damai dekat dengan-Nya. Barang siapa yang luput dari semua itu berarti ia telah kehilangan segala kebaikan. Seandainya ia mengganti semua itu dengan dunia seisinya, tentu tidaklah cukup. Memang, segala sesuatu yang hilang itu ada gantinya, namun jika ia kehilangan Allah, tiada satu pun yang dapat menjadi ganti-Nya. 

Bagaimana mungkin makhluk yang fakir bisa menggantikan Dzat Yang Maha Kaya, yang lemah menggantikan Dzat Yang Maha Kuasa, yang mati menggantikan Dzat Yang Maha Hidup abadi, makhluk menggantikan Sang Khaliq, yang tiada berwujud dan tidak punya apa-apa menggantikan Dzat yang kekayaan, kesempurnaan, wujud, dan rahmat-Nya melekat pada Dzat-Nya?! Dan, bagaimana mungkin orang yang tiada memiliki apa pun bisa menggantikan Dzat yang memiliki kerajaan langit dan bumi?! 

Perbuatan maksiat kepada Allah menjadi sebab terhalangnya keberkahan rezeki dan ajal karena itu semua memang diserahkan kepada setan untuk mengusai manusia, baik keluarga maupun sahabatnya yang memegang teguh agama. 

Segala sesuatu yang berhubungan dan diiringi setan pasti hilang keberkahannya. Oleh sebab itu, dianjurkan dalam syariat untuk menyebut nama Allah di kala hendak makan, minum, berpakaian, bepergian, berselubuli, dan mengerjakan segala sesuatu. Karena, dengan menyebut nama-Nya, segala pekerjaan akan diiringi keberkahan dan dapat mengusir setan hingga keberkahan yang didapatkan tidak ada yang menghalangi. 

Segala sesuatu yang tidak ditujukan kepada Allah maka dihapus keberkah-annya karena Dialah yang memberi keberkahan, dan seluruh keberkahan itu dari-Nya. Setiap sesuatu yang di hubungkan kepada-Nya pasti diberkahi. Firman-Nya mengandung keberkahan, Rasul-Nya mengandung keberkahan, hamba- Nya yang mukmin dan bermanfaat kepada makhluk mengandung keberkahan, Baitul al-Haram mengandung keberkahan, negeri Syam juga mengandung keberkahan yang telah Dia jelaskan dalam enam ayat di dalam kitab-Nya. Tiada yang dapat memberi keberkahan kecuali Dia. 

Tiada yang mengandung keberkahan kecuali apa-apa yang dihubungkan kepada-Nya, yakni cinta kepada-Nya, sifat ketuhanan-Nya, dan ridha-Nya. Seantero alam dinisbatkan kepada pemeliharaan- Nya serta penciptaan-Nya. Segala sesuatu yang jauh dari-Nya tidak mengandung keberkahan. Dan, setiap sesuatu yang dekat dengan-Nya pasti mengandung keberkahan menurut ukuran kedekatannya dengan-Nya. 

Lawan dari keberkahan adalah laknat. Bumi, manusia, dan amal perbuatan yang dilaknat oleh Allah tentu amat jauh dari kebaikan dan keberkahan. Apa pun yang dilaknat oleh-Nya tidak mengandung keberkahan sama sekali. Maka dari itu, kemaksiatan itu berdampak pada lenyapnya keberkahan umur, rezeki, ilmu,dan amal. , 

Setiap waktu, harta, tubuh, pangkat, ilmu, dan amal yang kau gunakan untuk bermaksiat kepada Allah, tidak ada keberkahan di dalamnya karena yang diberkahi hanya apa-apa yang ditujukan untuk taat kepada-Nya. Oleh sebab itu, adakalanya umur manusia di dunia ini hingga seratus tahun, namun sebenarnya umurnya itu tidak mencapai dua puluh tahun. Ada juga yang memiliki limpahan emas dan perak, tetapi pada hakikatnya, hartanya tidak sampai seribu dirham saja. Begitu juga pangkat dan ilmu. 

Diterangkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh at- Tirmidzi, "Dunia itu dilaknat. Segala isinya juga terlaknat kecuali dzikir kepada Allah dan sejenisnya, serta orang berilmu dan yang mencari ilmu."

Disebutkan dalam riwayat lainnya, "Dunia seisinya ini terlaknat kecuali apa-apa yang hanya ditujukan kepada Allah." Hanya inilah yang mengandung keberkahan.