Koreksi dan Introspeksi Diri dari Sifat Buruk

Bahwa sifat-sifat tercela yang terdapat pada diri manusia banyak sekali, itu diakui atau tidak, adapun di antara sifat- sifat tercela yang sering muncul di dalam hati manusia itu adalah sifat sombong, kagum terhadap diri sendiri, bohong, khianat, buruk sangkah, menghina, memfitnah, menertawakan, dengki, marah, bersikap keras, riya' dan lalai bahkan masih banyak lagi yang lainnya. 

Oleh karenanya, kewajiban bagi manusia itu sendiri untuk mengoreksi dirinya, agar jangan sampai sifat-sifat jahat tersebut bersarang di dalam hatinya, dan hendaklah berusaha dengan sekuat-kuatnya untuk menghilangkan sifat-sifat tercela tersebut. 

Di dalam hal bergaul dengan manusia terkadang bisa menjengkelkan dan juga terkadang menyenangkan, oleh karenanya di dalam bergaul hendaklah kita pandai-pandai untuk mengoreksi diri atau menghindari setiap perbuatan yang dapat mengakibatkan sifat tercela. 

Tobat kepada Allah SWT. itu erat sekali kaitannya dengan mengoreksi diri sendiri, sebab bagaimanapun baiknya seseorang pasti pernah melakukan suatu perbuatan yang salah, sedikit atau pun banyak, disengaja ataupun tidak, dan seketika itu jika ia telah ingat maka hendaklah ia segera bertaubat kepada Allah SWT. dan tidak mengulanginya lagi. 

Terkadang memanglah tidak sama, apa yang kita kehendaki itu tidak dikehendaki oleh orang lain, dan apa yang dikehendaki oleh orang lain itu tidak sama dengan yang kita kehendaki, dan terkadang orang sering mengoreksi diri kita, mencela kita, serta mengungkit-ungkit akan kesalahan-kesalahan kita mungkin telah membuat diri kita menjadi jengkel dan marah 

Di dalam menghadapi hal yang demikian itu ... hamba Allah SWT. yang sholeh dan mukhlis tidaklah akan menyalahkan kepada orang lain. Dan hendaklah ia kembalikan segala-galanya itu kepada Allah SWT. sebagai Pemelihara alam semesta, Maha Adil, Maha Kuasa dan Maha Mengetahui segalanya dengan apa yang tidak diketahui oleh manusia. 

Di dalam pergaulan sangatlah diperlukan suatu jiwa ... asalkan tidak angkuh, tabah tetapi tidak menyalahkan, tegar dan selalu waspada. 

Agar mengetahui akan kelemahan pada diri sendiri dan dengan berusaha untuk memperbaiki serta menambah .... perbuatan baik, maka mengoreksi diri itu sangat penting dari kita. 

Sudah menjadi kebiasaan dari manusia, lupa mengontrol pada diri sendiri, namun kesalahan atau cela orang lain yang telah menjadi bahan pembicaraan setiap hari, sebagai mana pepatah mengatakan bahwa "Gajah di pelupuk mata tak kelihatan, semut di seberang lautan nampak di mata". 

Lebih baik menyakiti diri sendiri, sebab mengoreksi lebih baik daripada dikoreksi oleh orang lain sebab itu akan lebih menyakitkan lagi bahkan lebih pedih rasanya. 

Untuk itu obat yang paling mujarab di dalam pergaulan itu adalah berusaha untuk memperbaiki diri serta menghidupkan kembali perasaan dan sikap beragama dalam diri kita 

Dan dengan bertawakkal kepada Allah SWT. maka rasa sakit dan pedih itu dapatlah disembuhkan dengan sendiirinya kemudian dapat dipulihkan dengan ridlo untuk menerima semua yang datang dari Allah SWT.. 

Sebagaimana telah disebutkan di dalam surat Luqman ayal 17, yang berbunyi : 

Artinya: " .... Hendaklah kalian bersabar atas apa yang telah menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang sangat hebat". 

Terhadap hamba yang ahli di dalam beribadah. Allah SWT. tidak membiarkan perbuatan orang-orang dzalim menekan kepada mereka (hamba Allah SWT.), hanya saja Allah SW'T, ingin mengetahui berapa besar kesabaran dan ketabahan yang telah dimiliki oleh hamba-hamba-Nya. Apalagi suatu kesalahan atau kepedihan itu telah datang dari diri hamba itu sendiri. 

Semua penderitaan yang dialami oleh manusia itu bukan karena Allah benci kepada hamba-Nya, melainkan Allah SWT. ingin agar hamba-hamba-Nya itu mengetahui akan kelemahan dirinya sendiri dan mengetahui akan keagungan serta kehebatan Allah SWT.. 

Dalam firman Allah SWT. memberikan suatu pengharapan, tertera di dalam surat Al-Baqarah ayat 177, yang artinya adalah sebagai berikut : 

"Orang-orang yang sabar menghadapi kesempitan, kesedihan dan pada waktu perang. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya, dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa". 

Allah SWT. ingin agar hamba-hamba-Nya yang sholeh tertempa jiwanya, maka Allah SWT. menganugerahkan hidup serta kelengkapan yang sangat dibutuhkan oleh manusia, sehingga imannya tidak menjadi luntur berhadapan dengan masalah- masalah dunia yang sangat menyulitkan bagi mereka. 

Dalam hal ini Syekh Athaillah telah mengungkapkan pendapatnya yang berbunyi : "Allah SWT. memang sengaja mendatangkan ganggu, untukmu dari manusia, agar kamu tidak merasa tentera karena gangguan itu. Allah SWT. memang menghendaki agar kamu gelisah, agar kamu selalu ingat kepada Alla karena kegelisahan itu". 

Di dunia ini banyak yang menyakitkan manusia, dan semi peristiwa yang menimpa kepada manusia itu Allah SWT. telah mengetahui, di antara peristiwa itu adalah ada fitnah, kekejaman, musibah, kebakaran, sakit dan lain sebagainya yang telah menyedihkan kepada manusia serta juga ada caci maki dan kebencian. 

Maka dengan gangguan tersebut manusia disibukkan apalagi kalau manusia sangat terikat dengan manusia yan lainnya, dan mereka telah menjadikan bahwa manusia itu tempat harapan dan tumpuhannya, dan mereka itu lebih bahaya bersandar kepada manusia daripada bersandar kepada Alla SWT.. 

Kadang-kadang manusia tidak sadar bahwa dekatnya dengan manusia lain malah menganggu perilakunya sendiri manusia itu bisa ikhlas dan jujur, juga bisa munafik dan membawa fitnah, jika engkau tidak terjaga oleh pertolongan Allah dan ibadahmu, maka sudah pasti engkau akan terjerumus ke dalam godaan dan fitnah manusia. 

"Larimu dari kebaikan manusia, melebihi larimu menghadapi keburukan mereka", (itulah menurut pendapat Syekh Ab Hasan Asy- Syadzili). Kebaikan-kebaikan orang itu langsung membahayakan hatimu sedangkan keburukan orang hanya mampu membahayakan jasmanimu. Sesungguhnya apabila ada musuh yang mendekatkan dirimu kepada Allah SWT., lebi baik daripada sahabat yang memutuskan dirimu dari Allah SWT.". 

Perlu diingat, bahwa bahaya yang menimpa jasmanimu itu lebih baik dan ringan daripada bahaya yang menimpa hatimu Dan adapun berterima kasih kepada orang yang berbuat baik kepada kita itu lebih utama disertai dengan pemberian yang seimbang, maka apabila belum sanggup untuk berbuat demikian, berdo'alah kebaikan atas mereka. 

Dan masih banyak lagi jalan yang harus kita tempuh untuk mengoreksi pada diri kita sendiri,, agar kita mengetahui atas semua kesalahan yang pernah kita lakukan, untuk itulah kita harus mempunyai ilmu. 

Oleh karena itu tanpa ilmu kita tidak dapat mengetahui celah kita sendiri, untuk itu kita harus lebih pandai-pandai di dalam menitih ilmu serta menitih hati, dari segi mana hati kita itu terkena penyakit, dan bila sudah terserang maka segeralah kita mencari obatnya, dan jangan sampai kita hanya menuruti hawa nafsu. 

Sebab yang mengajak manusia untuk melakukan suatu perbuatan maksiat itu adalah bahwa nafsu, sebagaimana sesuai dengan firman Allah SWT. yang berbunyi sebagai berikut :

Artinya : "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaranTuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya" (QS. An-Naziat: 40 - 41).