Agama Islam, Simpati dan Keramahan

Dari 'Aisyah ra ia mengatakan: Telah bersabda Rasulullah saw:

 إِنَّ َاﷲَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّّفْقَ فِِِي الأَمْرِ كُلِّهِ ٠ 

 "Sesungguhnya Allah Maha Ramah (Rafiq), dan Ia menyukai keramahan dalam segala perkara." (HR. Bukhari dan Muslim) 

Kelembutan terhadap keluarga, sudah terurai dalam wasiat sebelumnya. Dan pesan kali ini, adalah kelembutan secara umum dalam semua urusan. 

Kenapa kelembutan diperintahkan? Sebab Allah Maha Lembut. Dan "Rifq" (kelembutan) adalah kumpulan perasaan halus, sayang dan simpati. Dan Allah sendiri mempunyai sifat ar-Rafiiq al-A'la (Maha Ramah lagi Maha Tinggi), sebagaimana Rasul mengabarkan kepada kita. 

Kalian saat menyebut kata rafiiq, pasti punya pandangan sepadan dengan zamiil (kawan) atau shahib (kawan). Tahukah kalian makna yang lebih luas dan kandungan yang lebih dalam dari kata Rnfiicj? Tidak semua kawan atau teman bisa disebut rafiiq. Sebab kawan, tidaklah mengkaitkanmu ter-kecuali sekedar "perkawanan" di sekolah, misalnya. Dan teman, adalah orang yang sekedar menemanimu saat berjalan atau pergi ke suatu tempat. Entah ke tempat kebaikan atau ke tempat yang buruk. Yang demikian berbeda dengan kata-kata ash-Shiddiq (kawan yang selalu berbakti dan mempercayai). 

Kata ash-Shiddiq dan Ar-Rafiiq, maknanya berdekatan. Namun kata Rafiiq jauh lebih tinggi maknanya. Sebab kata Rafiiq punya arti menyertaimu dan selalu simpati kepadamu. Sehingga kedudukannya berada pada level "ketertinggian". Sedangkan Shiddiq], kemuliaannya hampir sepadan dengan Raffiiq. Seseorang bisa dikatakan Shiddiq jika ia membenarkan dengan perka-taan, sekaligus dengan perbuatan nyata. 

Karena Allah Ta'ala Maha Ramah lagi menaruh simpati (Rafiiq), lantas Ia menurunkan kepada kita keramahan-Nya, kelembutan-Nya. Pengawasan-Nya meliputi kita, rasa belas kasih dan simpati-Nya melingkari kita dalam semua urusan. Semenjak partikel terkecil dalam eksistensi manusia dan seluruh benda ciptaan-Nya, semenjak dahulu yang tiada permulaan (alam azli) hingga esok yang tiada penghabisan. Karena Allah mewajibkan kita untuk bergaul dan berinteraksi dengan sesama manusia, hewan, dan segala sesuatu, dengan kelem-butan dan keramahan. 

Kita juga harus bersikap ramah (tidak memaksakan diri) dalam urusan yang kita kerjakan atau kita tinggalkan. Sebab Allah sendiri berfirman: 

"Allah tidak membebani seorang jiwa pun, terkecuali sebatas kemampuannya." (QS. Al- An'am: 152.) 

Kita bersikap ramah terhadap semua orang, dari berbagai ras dan warna kulit, dan berbagai usia. Juga marilah kita bersikap ramah terhadap seluruh ciptaan Allah yang telah Ia anugerahkan untuk kita semua. Atau segala yang Ia mudahkan untuk kehidupan kita. Juga kepada hewan-hewan. 

Dan kita dalam mengukur ar-Rifqu (keramahan, kesantunan) ini, harus dengan ukuran-ukuran dan kaidah-kaidah yang telah Allah syariatkan kepada kita dalam ki- tab-Nya al-'Aziz dan sesuai dengan sunnah Nabi mulia kita. Jangan kita terlalu longgar atau berlebihan. Atau kita terlalu pelit dan mengurangi. Di samping itu kita timbang dengan akal dan logika dalam semua perbuatan dan pekerjaan.