Asal Semua Ketaatan dan Kemaksiatan

 اَصْلُ كُلِّ مَعْصِيَةٍ وَ غَفْلَةٍ وَ شَهْوَةٍ الرِّضَا عَنِ النَّفْسِ ٠ وَاَصْلُ كُلِّ طَاعَةٍ وَ يَقْظَةٍ وَ عِفَّةٍ عَدَمُ الرِّضَا مِنْكَ عَنْهَا٠ 

“Asal dari semua maksiat, semua kelalaian, semua syahwat, karena ( si hamba) cenderung mengikuti nafsunya, sedangkan asal dari semua taat, kesadaran, dan rasa harga diri, karena si hamba tidak rela (menghindari) diri dari perbuatan (godaan) hawa nafsu.” 

Kesenangan dan suka kepada hawa nafsu, adalah pokok dari sifat madzmumah, dan tidak suka mengikuti hawa nafsu adalah sifat orang- orang yang terpuji (mahmudah). Sedangkan orang-orang yang arif berusaha dengan sungguh-sungguh meninggalkan perbuatan yang rusak dan berjuang untuk mendapatkan keridaan Allah swt melalui ketaatan kepada semua hukum dan peraturan-Nya. 

Jiwa yang diperbudak oleh hawa nafsu, adalah jiwa yang telah hilang ninbangan, cenderung dibelenggu oleh kesenangan maksiat, dan tidak merasakan perbuatannya itu bertentangan dengan kehendak Allah. 

Wajib bagi seorang hamba mengetahui bagaimana hawa nafsu Itu bekerja mempengaruhi diri seseorang, dan kemampuan setan menggerogoti kebaikan manusia dan mengarahkannya kepada perbuatan hawa nafsu maksiat, dan begitu mudah meninggalkan aumi saleh. 

Orang yang berusaha meninggalkan kemaksiatan setiantiasa terus menerus menjauhkan diri dari perbuatan yang akan mengarahkannya jatuh ke lembah maksiat. Kehendak menjauhkan diri seperti ini adalah salah satu sifat terpuji, yang akan mengangkat dirinya ke tingkat kemuliaan. Dijelaskan dalam surat Yusuf ayat 53: "Tiadalah aku mengatakan diriku bebas dari kekuasaan nafsu,sebab nafsu itu selalu memerintah manusia kepada kejahatan, kecuali nafsu yang dirahmati oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." 

Ayat ini cukup jelas bagi seorang hamba yang hendak mencari jalan makrifat agar menempuh jalan taat. Karena Allah swt telah memilih jalan ketaatan itu sebagai kemuliaan bagi anak Adam. Jalan kemuliaan yang harus dilalui oleh si hamba akan menempatkan dirinya ke tingkat yang sakinah, karena ia telah menemukan maqam mutmainnah, setelah nafsu ammarah yang sesat dilaluinya. 

Si hamba telah menemukan rahmat Allah dalam ruang lingkup para hamba yang mencari hidup tenang, sakinah dengan mengamalkan amalan yang berkaitan dengan maqam mutmainnah. Kesucian diii dari rohani adalah bagian dari amalan para salihin dan arifin. Melalui riyadah terus menerus dan mujahadah dalam pendekatan diri kepada Allah, dengan cara melaksanakan amalan wajib dan sunah seorang hamba akan menemukan rida dan rahmat Allah swt. 

Seorang hamba yang menjalani tahap-tahap makrifat kepada Allah, wajib memelihara kebersihan dirinya, ketenangan hatinya, kemantapan jiwanya. Seperti dijelaskan oleh Imam Al Ghazali tentang pemeliharaan diri seorang hamba, dengan mensucikan jiwa atau ruh ibadah, memperbanyak amal saleh dengan ilmu dan amal ibadah. Praktik - praktik untuk lebih mendekatkan diri dalam makrifatullah, termasuk juga banyak mempelajari ilmu yang berkaitan dengan makrifat, seperti ilmu kalam dan Aqaid, kitab tasawuf, agar menyegar hati sanubari yang mampu memberi cahaya ke dalam hati yang menimbulkan sikap taat, sekaligus menghindari maksiat.