Menekuni Ilmu demi Agama dan Kemanusiaan

 Bersabda Nabi saw:

 مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اﷲَ تَعَالَى ٬ لاَيَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيْبَ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ٠ 

"Barang siapa mencari ilmu yang seharusnya dicari dalam rangka mencari kenikmatan (melihat wajah Allah), namun ia tidak mempelajarinya terkecuali (dengan niat) mendapatkan fasilitas duniawi, ia tidak akan mendapatkan bau surga di hari kiamat." (HR.Abu Daud) 

Pesan Nabi ini mengandung pesan umum dan khusus. 

Khusus, yaitu ucapan lugas Nabi saw bahwasanya siapapun yang mempelajari ilmu tertentu, yang seharusnya dicari untuk mendapatkan ganjaran di sisi Allah dengan cara menggunakannya untuk kepentingan masyarakat, namun justru ia mempelajarinya dengan maksud memperoleh fasilitas dunia semata maka Allah mengharamkannya mencium bau surga. Dan inilah realitas yang sudah merajalela di tengah-tengah masyarakat kita. Khususnya mereka yang memperdagangkan Al-Qur'anul Karim, sekalipun sebagian orang memperdebatkan pandangan kita semacam ini. 

Umum, yaitu (pujian) terhadap pencari ilmu yang ia komitmen dengan pesan Nabi saw ini. 

Nabi saw berpesan kepada kalian agar ilmu pengetahuan yang senantiasa diburu- buru hendaklah dijadikan sebagai media kebaikan untuk kalian dan masyarakat. Dengannya kalian memperbaiki kondisi ekonomi dan peradaban (madaniah), sehingga jalan kemakmuran pun tercukupi untuk kalian. Kalian tidak terkungkung oleh kebodohan dan tidak menggantungkan kepada orang lain. Justru kalian bisa turut andil membangun dan memberi sumbangsih terbaik untuk masyarakat dan bangsamu dalam bidang industri, pertanian, perdagangan, dan sebagainya. 

Namun, sekali lagi jangan kalian jadikan ilmu tersebut bahkan untuk modal mengeksploitasi dan memonopoli. Sebab jika demikian yang terjadi, hilanglah sudah peran asasi ilmu pengetahuan. Bahkan berarti menggiring pemiliknya ke dalam sebuah golongan yang sama sekali tak memiliki etika ilmu. 

Wahai pemuda pemudi Islam ... Pesan terakhir yang patut saya ketengahkan keterkaitannya dengan hadis di atas adalah jangan sampai Ilmu pengetahuan diburu hanya sebagai kuda tunggangan mencapai popularitas (riya'). Sehingga jangan sampai seorang 'alim nantinya di hadapan Pengadilan Allah Ta'ala, lantas ia ditanya: Apa yang telah engkau kerjakan dari ilmumu? Ia menjawab: begini, begini. Namun Allah kemudian membongkar rahasianya, dan mengatakan: Tidak, engkau memburu ilmu hanya sekedar agar engkau digelari: Orang alim, cendekiawan, intelek, dan sebagainya. Padahal engkau telah diberita- hu sanksi orang yang berbuat semacam itu. Lantas ia dilemparkan ke Neraka Jahan- nam dan terlarang mencium bau surga. Dan saya mohon perlindungan kepada Allah agar melindungi saya dan kalian dari segala keburukan mental dan ketergelinciran hawa nafsu.