Beribadah hanya Karena Allah

Beribadah yang berniat ikhlas hanya karena Allah adalah sesuatu hal yang wajib. Bagaimana jika beribadah kepada Allah diniatkan karena mengharapkan sesuatu yang lain?:
 
 مَنْ عَبَدَهُ لِشَىْءٍ يَرْجُوْهُ مِنْهُ اَوْلِيَدْ فَعَ بِطَاعَتِهِ وَرُوْدَ الْعُقُوْبَةِ عَنْهُ فَمَا قَامَ بِحَقِّ اَوْصَافِهِ٠ 

“Barangsiapa menyembah Allah karena mengharapkan sesuatu yang lain, atau karena menolak bahaya yang akan menimpa dirinya, maka ia belum menunaikan tugasnya terhadap Allah sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki-Nya." 

Setiap amal perbuatan yang dilakukan oleh para hamba Allah, tidak akan memperoleh apa pun apabila amal tersebut dikaitkan kepada sesuatu selain Allah. Karena amal seperti itu sangat erat dengan kehendak lain yang sama sekali tidak bernilai ibadah murni. Amal ibadah yang sampai dan diterima oleh Allah adalah amal ibadah yang semata-mata didasarkan untuk mencapai keridaan Allah atau atau niat beramal dan beribadah hanya karena Allah. Bahkan karena takut adanya gangguan dari benda-benda duniawi, atau ancaman kesusahan, bencana, penyakit dan lain sebagainya. Atau takut disiksa oleh Allah, kalau tidak berbuat baik, atau tidak beribadah. 

Sikap seorang hamba dalam ibadah, hanya dipersembahkan karena dan kepada Allah, dengan mengharapkan pahala dari-Nya, dengan hati rida dan ikhlas. Allah swt mempunyai sifat kemuliaan dan kesempurnaan, yang dengan sifat itu memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada para hamba. Tugas yang wajib bagi hamba Allah adalah mentaati Allah dan mencintai-Nya, sebagaimana Allah telah mencintai dan merahmatinya. 

Nabi Daud as berkata: "Allah swt telah menurunkan wahyu kepadaku dalam firman-Nya: "Sesungguhnya hamba yang paling Aku cintai ialah yang beribadah semata-mata karena Aku, bukan karena mengharapkan pahala. Demikian juga bukan karena adanya pembalasan azab neraka dan kesenangan surga. Bukan semata-mata Allah telah menyediakan surga lalu kita beribadah, atau takut kalau disiksa dalam neraka, atau kuatir tertimpa azab sengsara di dunia dan akhirat. Sebab, kalau demikian, maka tentu manusia tidak akan menyembah Allah." Apakah jikalau Allah tidak menyediakan surga dan neraka, lalu manusia tidak beribadah kepada Allah yang Maha Agung dan itu? Tentunya bukan karena itu semua. Ketahuilah bahwa hak hamba ialah menyembah kepada Al Khaliq. Abu Talib Al Makky menyebut, bahwa sikap beramal ibadah seperti ini adalah sikap yang tetap dari para sahabat dan tabiin yang saleh dengan sepenuh ikhsan terhadap Allah swt

Abu Hazim Al Madany berkata: "Aku sangat malu menyembah Allah karena mencari pahala semata-mata, takut diazab, perbuatan ini adalah sifat hamba yang jelek. Jika ia tidak diberi imbalan, maka ia tidak bekerja, atau sebagai pekerja, apabila tidak diberi upah ia malas berbuat. Adapun hamba yang mencintai akan menyembah Allah semata.

Sesuai pula dengan sabda Nabi Muhammad saw: "Jangan sampai ada di antara hamba bersikap seperti budak yang berpekerti jelek. Jika ia takut kepada majikannya, ia baru hendak bekerja. Dan jangan pula seperti karyawan yang berbudi pekerti jelek, jika ia tidak mendapat upah, tidak bekerja." 

Seorang hamba yang saleh hendaklah mendudukkan diri benar-benar sebagai hamba yang semata-mata tunduk pada kehendak Allah. Beribadah dan menyerahkan diri hanya karena dan kepada-Nya, tidak memaksakan diri meminta sesuatu agar diberi oleh-Nya, akan tetapi menyerahkan kepada-Nya. Dialah (Allah) yang akan memilih yang terbaik menurut iradah dan izin-Nya belaka.

Demikian juga si hamba hanya memohon pertolongan hanya kepada Allah, memohon perlindungan hanya kepada-Nya, menjadikan Allah satu-satunya tempat bergantung. Itulah iman yang sebenarnya. Kepada Rabi'ah Adawiyah ditanyakan masalah-masalah kebaikan yang dimaksudkan. Ia menjawab: "Kalian termasuk yang paling baik, apabila kalian tidak mencintai dunia-dunia ini." 

Meskipun seorang hamba dalam beramal dan beribadah semata-mata tidak mencari surga dan menghindari neraka, tidak berarti ia tidak memohon kepada Allah untuk mendapatkannya dan terhindar dari siksa neraka, seperti membaca doa yang biasa diucapkan oleh para hamba, "Ya Allah aku memohon kepada-Mu surga dan aku berlindung kepada-Mu dari ancaman neraka. " Doa ini diucapkan seperti yang diajarkan Rasulullah saw. 

Harapan seorang hamba kepada Allah, sesuai sifat-sifat-Nya yang semata-mata menjadi milik-Nya, seperti Allah Maha Adil, Maha Rahman, Maha Rahim, Maha Melindungi, Maha Pengampun, Maha Mendengar, Maha Halus, dan sifat-sifat lainnya yang si hamba diperintahkan bermohon melalui sifat-sifat kesempurnaan Allah Rabbul Izzah. 

Harapan itu adalah ibadah, yang dengan ibadah itulah Allah berkenan memberi dan menempatkan si hamba pada keridaan-Nya.