Kata Nasehat Pegangan Hidup dari Imam Malik

Imam Malik sering memberikan kata nasehat-nasihat islam yang menjadi pegangan hidup, kita sebutkan setengah daripadanya : 
  • Bahwa ilmu (ilmu agama) adalah agama, oleh karena itu hendaklah kamu perhatikan dari mana kamu pelajari. 
  • Tidak ada kebaikan bagi siapa saja yang melihat dirinya dalam suatu hal tetapi manusia lain tidak dapat mengetahuinya dalam perkara itu. 
  • Ilmu itu cahaya (nur) ia tidak akan lembut (jinak) melainkan bagi yang bertakwa dan khusyu. 
  • Apabila seseorang itu Zuhud (tidak tamak kepada dunia) Allah akan memberi nikmat kepadanya. 
  • Sebaik-baik perkara ialah yang terang dan nyata dan jika engkau ragu antara keduanya maka ambillah yang dapat dipertanggungkan. 
  • Barangsiapa ingin menjawab suatu masalah maka hendaklah ia lebih dahulu bentangkan dirinya ke dalam surga dan neraka, dan bagaimana ia akan terlepas di akhirat. 
  • Perumpamaan orang-orang munafik di waktu mereka berada dalam masjid seperti burung-burung yang berada di dalam sangkar, apabila pintu sangkar itu dibuka mereka pun terus terbang keluar. 
  • Mengikuti apa yang diketahui bahwa ulama ditanya di hari kiamat sebagaimana Al-Anbiya’. 
  • Apabila seorang itu memuji dirinya maka hilanglah kebijaksanaannya. 
  • Bukanlah ilmu itu mengikut banyak bilangan riwayat, tetapi ilmu itu adalah cahaya (nur) yang dimasukkan ke dalam hati. 
  • Menuntut ilmu adalah perkara yang indah dan baik, tetapi hendaklah kamu perhatikan apa yang pasti kamu lakukan mulai dari pagi hingga petang dan lakukanlah perkara itu. 
  • Orang yang menuntut ilmu pasti ia alim, tenang dan takut (takwa). 
  • Tidak patut seorang alim itu bercakap tentang ilmu di sisi mereka yang tidak layak berkuasa karena ia akan membawa kepada hina dan kehinaan kepada ilmu itu. n. Dinasihatkan pula bahwa kadli jangan meninggalkan ulama apabila datang suatu permasalahan hendaklah ditanyakan kepada mereka dan bermusyawarah dengan mereka. 
  • Apabila engkau ditanya tentang sesuatu perkara maka hendaklah kamu teliti dan selidiki dan timbangkan antara pendapatmu dengan pendapat orang lain karena mempertimbangkan menghilangkan kekurangan pikiran sebagaimana api menghilangkan kotoran emas. 
  • Manusia itu tetap begini : Bagi mereka seteru atau musuh dan saudara. Tetapi hendaklah berlindung dengan Allah dari mereka yang menuruti lidah pada umumnya. 
  • Allah tidak sayang kepada hamba-hambanya yang diberi nikmat melainkan hamba itu menunjukkan kesan nikmat yang diberikan kepada orang itu, lebih-lebih lagi orang-orang yang berilmu maka sudah sepatutnya ia menampakkan muruah dan pakaian sebagaimana memuliakan tamu.
  • Bahwa tawadhu itu adalah bertakwa dan agama, bukan pada pakaian . . . . Sesungguhnya kami bertawadhu di dalam takwa dan agama bukan pakaian. 
  • Siapa yang mengetahui bahwa percakapannya adalah kadar perbuatan maka kurangilah percakapannya. 
  • Zuhud terhadap dunia ini ialah menuntut keuntungan dan pendek cita-citanya.
  • Apabila manusia tidak baik untuk dirinya maka di sisi manusia pun ia tidak baik. 
  • Seorang itu tidak jadi baik kecuali ia meninggalkan sesuatu perkara yang tidak ada kaitannya dengannya dan ia bekerja dengan apa yang ia tanggung jawabkan. Apabila sifat-sifatnya sedemikian Allah akan membuka mata hatinya kepada Allah.