Perintah Wajibnya Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Tentang perintah amar ma'ruf nahi munkar Allah SWT. berfirman dalam al Qur'an yang artinya sebagai berikut: "Dan orang-orang yang beriman, laki-laki maupun perampuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan salat, menunaikan zakat serta taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan di beri rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (At Taubah 71) 

Sejarah (Islam) belum pernah mencatat suatu masa seperti saat ini; tentang lemahnya keyakinan, kerusakan akhlak, penyimpangan dari batas-batas agama dan meninggalkan amar ma'ruf dan nahi munkar, yang keduanya merupakan pagar (dinding) bagi (agama) Islam dan sebagai bukti atas wujud adanya keimanan.

Dan tiada suatu umat, dimana masyarakatnya telah meninggalkan amar ma'ruf dan nahi munkar, melainkan Allah akan menghinakan mereka dan mencabut cahaya ilmu dari hati sanubari para ulamanya. Justru, kesesatan serta kejahilan terhadap segala persoalan agama dan urusan dunia akan meliputi para awam, sehingga mereka tidak dapat membedakan antara kemajuan dan kemunduran.

Tentang keadaan di atas, Firman Allah SWT. :

"Apakah orang-orang yang berbuat kejahatan itu menyangka, bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang salih." (Al Jatsiah 21)

Sesungguhnya Allah SWT. telah memisahkan mereka yang beriman daripada yang tidak beriman, pada urutan ayat ini. Mereka disifati dengan saling membantu untuk menyuruh mengerjakan yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, serta (mereka) mendirikan salat dan menunaikan zakat.

Allah SWT. mendahulukan amar makruf dan nahi munkar diatas kewajiban salat, puasa dan zakat sesuai dengan urutan (ketertiban). Sesungguhnya jika amar ma'ruf dan nahi munkar telah lenyap dan sirna dari suatu umat, niscaya masyarakat tersebut akan meninggalkan salat, puasa dan zakat. Bahkan keseluruhan amal kebaikan dan mereka akan terjun kedalam berbagai kerusakan. Oleh karena itulah Allah SWT. menjadikan (mewajibkan) amar ma'ruf dan nahi munkar sebagai tanda bagi kaum Mukminin dan Muslimin yang benar.

Imam Al Ghazali berkata :

"Sesungguhnya aku telah mendapatkan pengertian dari ayat ini, bahwa barangsiapa yang meninggalkan amar ma'ruf dan nahi munkar, maka ia jelas telah keluar dari keimanan."

Dan yang memperkuatkan atas ini adalah, sabda dari Rasulullah saw. : "Barangsiapa di antara kalian melihat suatu perbuatan munkar lalu mengubah dengan tangannya, maka ia sudah terbebas dari kesalahan. Dan barangsiapa yang tiada sanggup untuk mengubah dengan tangannya, lalu mengubah dengan lisannya, maka sungguh ia sudah terbebas dari kesalahan. Dan barangsiapa tiada sanggup untuk mengubah dengan lisannya, lalu mengubah dengan hatinya (yakni mengingkarinya), maka ia sudah terbebas dari kesalahan. Dan yang terakhir adalah tingkatan iman yang terlemah." (HR. An Nasai)

Hadis sahih diatas memberi bukti yang jelas, bahwa siapa saja yang meninggalkan amar ma'ruf dan nahi munkar, maka ia telah keluar dari keimanan yang sempurna, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Al Ghazali.

Sebagaimana Firman Allah SWT. dalam Alquran yang artinya: š

"Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampauhi batas. Tidak ada saling melarang kemunkaran yang mereka lakukan, amatlah buruk apa yang mereka kerjakan." (Al Maidah 78- 79)

Kalau sekiranya orang mengatakan, bahwa ayat ini khusus kepada Bani Israil dan takkan dapat disesuaikan atas kita (kaum Muslimin), maka diajukan kepadanya sabda Nabi Muhammad SAW. :

“Pasti akan tiba atas umatku, apa yang telah terjadi atas Bani Israil. Mereka akan mengikuti dan meniru jejak demi jejak, hingga ada di antara mereka yang mendatangi (menyetubuhi) ibunya sendiri. Sesungguhnya Bani Israil telah berpecah-belah atas tujuh puluh dua golongan, sedang umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Kesemuanya masuk neraka kecuali satu golongan saja. Para sahabat bertanya: Siapa mereka wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Siapa yang mengikuti dan para sahabatku.” (HR. Tirmidzi)

Aisyah ra. berkata : "Rasulullah saw. masuk menjumpaiku, maka akupun melihat wajah beliau. Sesuatu telah terjadi pada diri beliau saw. Kemudian beliau berwudhu dan tidak bertutur kata. Lalu aku (Aisyah) berusaha mendengarkan apa yang beliau katakan. Maka berdirilah beliau diatas mimbar dan bersyukur kepada Allah seraya memuja-Nya sambil bersabda: Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah SWT. berfirman: Hendaklah kalian menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan munkar sebelum kalian berdoa kepada Allah. Sebab, Allah tiada berkenan mengabulkan doa dan memberi pertolongan kepada kalian sebelum (kalian) mengamalkan perintah-Nya. Kemudian beliau turun (dari mimbarnya) dengan tidak berucap apa-apa lagi.''

Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Hudzaifah ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda : "Demi yang nyawaku berada di tangan-Nya. Hendaklah kalian menyuruh untuk berbuat ma'ruf dan mencegah dari berbuat munkar atau Allah mengirim kepada kalian siksa (adzab). Jika kalian berdoa kepada-Nya, maka tidak dikabulkan."

Apa gerangan yang akan dikatakan oleh kaum Muslimin, pembela-pembela agama dan pengikut syariat Rasulullah yang telah meninggalkan apa yang beliau untuk mengerjakannya. Mereka mengikuti apa yang telah dilarang dan secara sengaja menafikan syarat-syarat Iman, hukum Islam serta sifat kaum Muslimin yang sebenarnya (seharusnya dilakukan).

Baik bagi ulama, juhala, seorang yang kaya-raya, fakir miskin, berpangkat tinggi ataupun hina-dina. Bahkan kesemuanya itu adalah sama, kecuali siapa yang dianugerahi rahmat oleh Allah. Namun, kebaikan yang sedikit (pada umat ini) dan berlangsung (dilakukan) terus menerus sehingga tibanya hari kiamat merupakan bekal bagi manusia (Muslim) nantinya (di akhirat).

Sebagaimana Firman Allah SWT dalam alqur'an. : 

“Janganlah sekali-kali kamu menyangka, bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan suka agar dipuji terhadap perbuatan yang belum di kerjakan. Janganlah kamu menyangka, bahwa mereka terlepas dari siksaan dan bagi mereka siksa yang sangat pedih." (Ali Imran 188) 

Rasulullah saw. bersabda "Aku telah berjalan (di malam aku di isra'kan) dan menjumpai sekelompok kaum yang lidah mereka digunting dengan gunting dari api neraka. Lalu aku bertanya kepada Jibril as.: Siapakah gerangan kaum ini? Jibril menjawab: Mereka dahulu menyuruh kepada kebaikan dan tidak mencegah kejahatan, bahkan (ikut) mengerjakannya. 

Khalifah Umar ra. berkata : "Sesungguhnya, yang saya takutkan terhadap umat ini adalah seorang munafik yang sangat alim. Para sahabat bertanya: Bagaimana seorang yang amat alim menjadi munafik? Umar pun menjawab: Lisannya alim, namun hatinya menjadi munafik dan amalnya adalah jahil." 

Hendaklah kalian bertakwa kepada Allah dan ketahuilah, bahwa persoalan agama ini tidak akan menjadi baik kecuali dengan apa yang telah menjadi baik pada awal permulaannya. Islam adalah agama yang kokoh dan ringan, tiada padanya kesukaran. Justru baik dengan ajaran-ajarannya yang tinggi pada setiap zaman dan tempat. Janganlah kalian menghilangkan persoalan yang ushul dari agama ini dan berselisih pada cabang-cabangnya. Sehingga memberanikan (menggerakkan) pihak lain untuk mencela, karena perlakuan kalian yang buruk dan jelek serta amal perbuatan kalian yang serba lemah. 

Dunia ini tiada nilainya jika dibandingkan dengan akhirat, melainkan seperti sebutir pasir dipadang sahara yang amat luas. Sedang amal kebaikan adalah suatu kemuliaan bagi ahlinya di dunia maupun di akhirat. Dan amal kejahatan merupakan kehinaan bagi para pelakunya di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT. :

"Barangsiapa mengerjakan amal salih, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia beriman, niscaya Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Kami balas mereka dengan pahalayang lebih baik dari apa yang telah mereka amalkan kerjakan." (An Nahl 97)

Posting Komentar untuk "Perintah Wajibnya Amar Ma'ruf Nahi Munkar"