Sifat Riya: Syirik yang Paling Kecil

Perbuatan yang dianggap sebagai syirik yang paling kecil adalah riya (berbuat sesuatu agar dilihat dan dipuji orang) dan itu merupakan penyakit bagi sifat ihlas, sifat berterus-terang serta sifat kelaki-lakian yang sempurna. Juga sanggup menjadi perusak terhadap segala urusan dunia, berbagai persoalan agama dan kebahagiaan akhirat. 

Seorang yang berlaku riya kepada manusia, tidak akan pernah mendapat tempat dalam pandangan mata kawan, tetangga dan keluarga. Apabila memuji, engkau di depanmu, maka sesungguhnya ia telah mencercamu, mengeyah daging tubuhmu, mengganggu kehormatanmu di saat engkau tidak ada. Pada saat ia ramah serta bermuka manis kepadamu, sebenarnya merupakan seekor serigala yang ganas dan siap menerkammu. Pada lahirnya ia berbentuk manusia, sedang jiwanya lebih jelek dari binatang, dengki, selalu menghina, tidak memiliki akhlak dan segala sifat yang bahkan tidak dipunyai oleh binatang. Meski dalam hal ini mereka menyadari kalau berada (berlaku) dengan sifat-sifat dan perangai yang sangat buruk. Karena, sesungguhnya pintu hati mereka telah terhijab (tertutup) dan telah merusak dirinya sendiri. 

Adapun wujud riya merupakan akibat dari rusaknya persoalan-persoalan agama. Tidak ada sesuatu yang lebih besar madharatnya kepada agama dan segala persoalannya daripada seorang ahli ibadah yang berlaku riya, seorang faqih yang gemar menipu, seorang munafik yang pandai serta lancar (fasih) lisannya dan orang yang tidak kenal budi serta pendengki (hati sanubarinya). Allah SWT. telah mensifati mereka itu dengan firman-Nya:

"Mereka berlaku riya kepada manusia dan tiada mereka ingat akan Allah, kecuali sedikit saja. Mereka terombang-ambing antara beriman dan kufir, bukan kesini dan bukan kesana. Barangsiapa disesatkan Allah, niscaya tidak ada jalan bagimu untuk mendapat­kan jalan (keselamatan) baginya:" (An Nisa 142 -143) 

Rasulullah saw. bersabda : 

”Sesungguhnya yang paling aku takuti atas umatku ialah mereka berlaku syirik kepada Allah. Ingatlah, aku tidak mengatakan, bahwa mereka menyembah matahari, bulan dan tidak pula berhala (arca). Akan tetapi, amalan-amalan mereka diperuntukkan kepada selain Allah dan nafsu yang samar." 

Sabda beliau yang lain : 

"Sesungguhnya riya yang paling ringan (kecil) adalah syirik. Dan Allah sangat mencintai terhadap hambanya yang bertakwa, dermawan serta memelihara (ketakwaannya), memelihara ibadah seraya membersihkan diri dari kotoran (bersuci), baik pakaian maupun jiwanya dan selalu menjaga akhlak. Mereka adalah pemberi petunjuk dan menjadi penerang bagi amalan yang gelap gulita, (sedangkan) apabila ahli riya tidak ada, maka tidak akan ada yang mencarinya dan jika ia terlihat (yakni hadir), maka tidak juga dikenal orang." 

Allah SWT. berfirman dalam hadis kudsi-Nya : 

"Akulah (Allah) Yang Maha Kaya (Maha Cukup) dari apa yang mereka persekutukan. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang dipersekutukan bersama-Ku, niscaya Aku tinggalkan bersama mereka apa yang dipersekutukannya itu." 

Ahli tafsir telah sepakat dalam menafsirkan firman Allah SWT : 

"Dan janganlah mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada-Nya." (Al Kahfi 110) 

Yakni, bahwa pengelompokkan sifat syirik dan munafik terdapat pada orang (siapa) yang berlaku riya. 

Riya merupakan sesuatu yang merusak bagi kebahagiaan akhirat. Artinya, kita melihat banyak dari manusia melakukan amalan-amalan demi untuk akhirat, akan tetapi mereka terjebak dengan duniawi dan mereka berbuat riya. Kemudian mereka menampakkan diri dengan kesalihan, kepatuhan, ketaatan dan berlambang dengan (tanda orang-orang) takwa, mengenakan jubah (gamis orang-orang yang salih). Sedang mereka bersama golongan orang-orang yang munafik, dimana doa-doa mereka tidak akan dikabulkan oleh Allah dan amalan mereka tertolak. 

Sebagaimana firman Allah SWT : 

"Dan orang orang yang berbuat tipu daya yang jahat (merencana­kan perbuatan-perbuatan yang merusakkan umat), bagi mereka siksaan yang amat pedih dan tipu daya mereka akan sia-sia adanya." (Fathir l0) 

Karena sesungguhnya, mereka tiada menghendaki ridha Allah didalam amalnya dan menjadikan (kesemuanya itu) sebagai jalan untuk meracuni umat (yang bodoh) agar berpaling dari amalan-amalan (yang berorientasi pada) akhirat. 

Rasulullah saw. bersabda : "Barangsiapa yang menghiasi dirinya dengan amalan akhirat, sedang ia tidak menghendaki dan tiada pula menuntutnya (akhirat), niscaya ia akan terkutuk di langit maupun di bumi." 

Riya merupakan tipu muslihat yang diarahkan kepada manusia, akan tetapi justru Allah SWT. menjadikannya bagi diri mereka sendiri. 

Sebagaimana firman-Nya : š

"Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman. Akan tetapi, mereka hanya menipu diri sendiri tanpa menyadari­nya. " (Al Baqarah 9) 

Rasulullah saw. telah memberi gelar bagi mereka di akhirat dengan sabdanya : 

"Yang pertama dimasukkan ke dalam nereka pada hari kiamat ada tiga (golongan). Dihadirkan golongan pertama, lalu mereka mengatakan: Ya Allah, Engkau telah memberi pelajaran kepada kami membaca kitab (Al Qur 'an), maka kami telah membacanya siang dan malam demi mengharapkan pahala-Mu. Allah menjawab: Kalian telah berdusta, shalat kalian hanya agar dikatakan orang, bahwa kalian pandai membaca dan ahli shalat. Kemudian diputuskan masuk neraka. Dihadirkan orang (golongan) kedua dan mereka berkata: Ya Allah, Engkau memberi rizki kepada kami berupa harta kekayaan, lalu kami menyambung silaturrahim dan bersedekah dengannya (harta tersebut) kepada fakir miskin serta memberi kepada para peminta semata-mata demi mengharapkan pahala-Mu serta surga-Mu. Allah SWT. menjawab: Kalian telah berdusta, sedekah dan silaturrahmi yang kalian laksanakan hanyalah mengharap sanjungan orang lain. kemudian diputuskan agar di masukkan neraka. Dan dihadirkan golongan ketiga. Mereka mengatakan: Wahai Allah, kami keluar (dari rumah) demi jalan (agama)-Mu, lalu bertempur demi untuk-Mu. Tiada kami lari kebelakang (pada saat berperang), semata-mata demi mengharap pahala dan surga-Mu. Allah SWT. menjawab: Kalian telah berdusta agar dianggap sebagai pemberani. Kemudian diputuskan untuk masuk kedalam neraka." 

Inilah riya yang amat tercela, perbuatan yang termasuk pintu menuju syirik. Dan Allah telah memberi gelar bagi mereka sebagai penyembah setan, sebagaimana firman-Nya :

"Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam, agar kalian tidak menyembah setan, karena ia adalah musuh yang nyata (bagi kalian). Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus." (Yasin 60 - 61) 

Sedangkan syirik adalah amalan yang tidak patut untuk dikerjakan dan menghendakinya untuk selain Allah. Pernah seseorang bertanya kepada Rasulullah saw. tentang keselamatan pada hari kiamat, maka beliau menjawab: "Janganlah anda menipu Allah." 

Ia (penanya) bertanya: Bagaimana aku bisa menipu Allah? Nabi saw. menjawab: "Anda beramal dengan apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, sedang amalan itu bukan untuk Allah dan Rasul-Nya." 

Ada riya yang derajatnya hampir sama dengan syirik, yaitu; men­yandarkan amal perbuatan karena manusia dan juga disandarkan kepada Allah. Disini, Allah dijadikan sekutu (dinomerduakan), walau sesungguhnya ia dan amal perbuatannya dicipta oleh Allah. 

Pintu syirik sangat luas dan banyak. Berlaku riya terhadap Allah merupakan syirik yang terkecil. Sedang syirik yang terbesar ialah beribadah (menyembah) kepada selain Allah dan mengimani Tuhan selain Dia. Nabi saw. pernah bersabda kepada Abubakar ra.: 'Ya Abubakar, bahwa syirik yang ada pada manusia itu lebih samar dari merangkaknya semut dimalam hari. Seperti mengatakan "Masya Allah Wa Syi'ta (apa yang dikehendaki Allah dan yang engkau kehendaki) atau jika bukan karena si fulan, niscaya aku akan mati." Sebagai alternatif yang mudah untuk dilakukan agar manusia terbebas dari (dosa) perbuatan syirik, maka hendaknya membaca doa ini (setiap hari tiga kali) :

 اَللَّهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُبِكَ اَنْ اُشْرِكَ بِكَ وَأَنَااَعْلَمُ وَ اَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ اَعْلَمُ 

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbua­tan syirik, sedang aku menyadarinya dan memohon ampun kepada-Mu, juga terhadap apa yang tidak aku ketahui." 

Nabi Muhammad saw. telah memperingatkan Abubakar ra., agar ia waspada terhadap perbuatan (perkataan) yang bisa menjatuhkan manusia untuk berbuat syirik dan memberi petunjuk kepadanya. Hendaklah kalian bertakwa kepada Allah dan berusaha untuk semaksimal mungkin menghindari perbuatan yang menjerumuskan kepada menyekutukan-Nya. Imam Ali ra. sudah mengajarkan kepada kita tanda-tanda seorang yang memiliki sifat riya : 

"Tanda-tanda seseorang yang memiliki sifat riya ada tiga, yaitu: Berlaku malas kalau ia tinggal sendirian dan giat apabila berada ditengah-tengah manusia serta bertambah semangat dalam amal perbuatan, bila ia dipuji atasnya. Begitu sebaliknya."

Posting Komentar untuk "Sifat Riya: Syirik yang Paling Kecil"