Menyeimbangkan Kehidupan Dunia dan Akhirat

Islam adalah merupakan agama yang fitrah dan hakikat fitrah manusia adalah selalu menginginkan keseimbangan. Dengan adanya keseimbangan di alam raya ini, maka akan dapat berjalan dengan teratur. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Al-Karim :
مَّا تَرَىٰ فِي خَلۡقِ ٱلرَّحۡمَٰنِ مِن تَفَٰوُتٖۖ فَٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ هَلۡ تَرَىٰ مِن فُطُورٖ

Artinya : Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. (QS. Al-Mulk : 3).

Oleh sebab itulah keseimbangan inilah yang menjadi inti dan ruh dari ajaran agama Islam.

Berikut ini adalah kisah riwayat dari sahabat Nabi yang menceritakan tentang keistimewaan ajaran islam tentang anjuran kepada kaum mukmin untuk selalu hidup dengan keseimbangan atau hidup dengan seimbang.

Dikisahkan dari Ibnu Sa’ad bahwa pada suatu hari istri Utsman bin Madz’un mendatangi istri Rasulullah saw. dalam keadaan yang sangat memprihatinkan, kemudian istri Rasulullah berkata kepadanya : kenapa kamu terlihat seperti ini, bukankah tidak ada orang Quraisy yang lebih kaya dari suamimu? Jawab Istri Utsman bin Madz’un : saat ini, keadaan seperti itu sudah tidak tersisa lagi. Pada malam hari Utsman bin Madz’un menghabiskannya dengan sholat malam, sedangkan siangnya dia selalu berpuasa.

Tidak lama kemudian, Nabi Rasulullah saw. masuk ke dalam rumah, dan istri Utsman menceritakan keadaanya kepada Rasulullah. Kemudian Rasulullah menemui Utsman dan kemudian bertanya : Hai Utsman bin Madz’un, tidakkah kamu menjadikanku sebagai contoh? Jawab Utsman dan bertanya: Ada apa Rasulullah, hingga engkau berkata demikian?

Rasulullah saw. kembali bertanya : apakah kamu selalu berpuasa pada siang hari dan menghabiskan malammu dengan mengerjakan sholat malam? Jawab Utsman : iya, saya sungguh melakukannya ya Rasulullah. Rasulullah saw berkata : Jangan lakukan itu. Sabda Nabi kepada Utsman :

Sesungguhnya matamu memiliki hak atasmu, tubuhmu memiliki hak atasmu, dan keluargamu juga memiliki hak atasmu. Maka sholatlah dan tidurlah. Dan puasalah lalu berbukalah. (HR. Bukhari)

Sebagaimana dalil hadits Nabi di atas, menegaskan anjuran bagi kaum muslimin untuk senantiasa hidup seimbang antara antara bekerja dan ibadah, seimbang antara jiwa dan ruh, seimbang antara hati dan akal dan keseimbangan dalam hal-hal yang lain.

Dalam ajaran Islam melarang umatnya untuk berlebihan dalam membatasi gerak hidup (tafrith) sehingga mengharamkan dan atau melarang kenikmatan-kenikmatan yang Allah perbolehkan (halal). Dan atau sebaliknya, Islam juga melarang sikap terlalu ifrath atau longgar seakan-akan semua hukum itu halal, sehingga berlaku dan bertindak sekehendak dan semau hati dan memperbolehkan segala cara.

Di dalam firman Allah yang berbunyi :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوۡمِ ٱلۡجُمُعَةِ فَٱسۡعَوۡاْ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَذَرُواْ ٱلۡبَيۡعَۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ. فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَٱبۡتَغُواْ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ وَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ كَثِيرٗا لَّعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ

Artinya : Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum´at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS. AL-Jumu’ah : 9-10)

Di dalam firman Allah tersebut di atas, Allah swt menggambarkan bagaimana keadaan yang seharusnya bagi Muslim yaitu menyeimbangkan antara kehidupan di dunia dan akhirat. Dimana, pada saat dating waktu untuk beribadah, mereka hendaknya bergegas dan bersegera untuk mengingat Allah dan meninggalkan jual beli dan segala kesibukan dunia. Akan tetapi, setelah selesai mengerjakan ibadah, kemudian mereka kembali menyebar ke seluruh penjuru bumi untuk mencari rezeki dan karunia Allah dengan tidak melupakan untuk selalu berdzikir dan mengingat Allah swt (Dzikrullah).

Dengan dapat menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat itulah, niscaya Allah swt. menjamin dengan berbagai keberuntungan. Yaitu beruntung dalam kehidupan di dunia yang fana dan hanya sebentar dengan mendapatkan limpahan rezeki dari Allah dan juga karunia-Nya serta beruntung pada kehidupan kelak di akhirat yang kekal mendapatkan pahala nikmatnya surga. Wallahu a’la wa a’lam.

Posting Komentar untuk "Menyeimbangkan Kehidupan Dunia dan Akhirat"