Doa yang Baik dan Terkabulnya Doa

Sebelum membahas doa yang baik dan terkabulnya doa, marilah kita tanamkan dalam qolbu untuk tidak meremehkan doa dan selalu, terus menerus berdoa dengan seungguh-sungguh. Mengapa demikian?

Kita sebagai seorang muslim, janganlah menganggap doa adalah sesuatu hal yang tidak penting dan meremehkan doa sehingga dalam berdoa tidak bersungguh-sungguh dan bahkan lupa dalam berdoa. Sudah kita ketahui bersama, bahwa semua yang ada di muka bumi ini adalah ciptaan dan milik Allah swt. Tuhan pencipta alam dan seisinya. Orang-orang yang menganggap remeh suatu doa, maka mereka itu adalah golongan orang-orang yang merugi.

Firman Allah dalam Kitabullah AL-Qur’an Al-Karim yang berbunyi :

وَيَسۡتَجِيبُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَيَزِيدُهُم مِّن فَضۡلِهِۦۚ وَٱلۡكَٰفِرُونَ لَهُمۡ عَذَابٞ شَدِيدٞ

Artinya : dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Dan orang-orang yang kafir bagi mereka adzab yang sangat keras. (QS.  Asy-Syura,  42:  26)

Dalam hadits Nabi, menjelaskan bahwa Allah swt. tidak menyukai, membenci dan memurkai hamba-Nya yang tidak berdo’a sebagaimana dalil hadits berikut :

“Barang siapa tidak (pernah) berdoa kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya.” (HR.  Ahmad)

Dengan berdasarkan dalil dari al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad saw. di atas, jelaslah bahwa doa merupakan sesuatu yang sangat berharga sehingga jangan sampai hal ini disepelekan apalagi terlewatkan.

Dalam sebuah hadits Nabi saw. : “Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Maha Murah hati. Allah malu bila ada hamba-Nya yang menengadahkan tangan (memohon kepada- Nya)  lalu dibiarkannya kosong dan kecewa.” (HR.  Al-Hakim)

Hadits di atas menujukkan dan memberikan pengertian kepada kita bahwa SWT adalah Maha yang murah hati dan Allah sendiri merasa ”malu” apabila membiarkan hamba-Nya yang berdoa dengan menengadahkan tangan dan membiarkannya kosong.

Dalam riwayat hadits yang lain juga menerangkan bahwa Allah swt pun sangat berat untuk tidak mengabulkan permohonan atau doa dari hamba-Nya yang sholeh. Sebagaimana kutipan dari hadits Nabi berikut ini :

Allah SWT sangat menghargai permintaan hamba-Nya yang berdoa kepada-Nya. Dia juga terang-terangan ’menghimbau” hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya walau doa itu sendiri hasilnya bagi si hamba. Sebegitu dekat perasaan-Nya kepada hamba-Nya,  maka sudah selayaknya seorang hamba memenuhi kehendak Allah  SWT agar hidupnya lebih terjamin di dunia dan akhirat, termasuk agar terkabul doa-doanya

Firman  Allah swt. dalm Al-Qur’an al-Karim:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ

Artinya : Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS.  Al-Baqarah,  2:  186)

Berdoa yang baik dan Terkabulnya Doa

Dalam memanjatkan doa  mutlak memerlukan sinkronisasi dan menggabungkan antara ucapan lantunan doa, keinginan, pikiran dan juga perbuatan. Hal ini sangat mungkin berkaitan dengan besar kecilnya doa akan dikabulkan, mungkin juga doa yang dikabulkan tidak sesuai dengan harapan.

Suatu contoh, seorang hamba Allah memohon doa kepada Allah agar diberi dan dilimpahkan kesehatan,  maka  niat  untuk selalu sehat harus berusada dalam hatinya, kemudian pikirannya harus sudah  memperkirakan  dan memikirkan bagaimana  caranya  untuk  hidup  sehat,  kemudian sinkronisasi dari ucapan adalah bibirnya mengucapkan  kalimat  dengan  mantap  bahwa  dia ingin  selalu dan tetap sehat,  kemudian dari perbuatan atau tindakan maka ia harus melakukan tindakan dan perbuatan yang mengarah pada pola dan gaya hidup sehat, misalnya berolahraga dengan teratur, menjaga pola makan, menjaga kebersihan dan tindakan-tindakan lainnya.

Namun, Sering kali yang terjadi adalah keempat sinkronisasi mata rantai dalam doa tersebut terputus, padahal  doa yang mustajab itu harus menyinkronkan antara empat unsur yaitu ucapan, keinginan, pikiran dan perbuatan. Apabila keempat unsur di atas tidak sinkron dan saling berlawanan, maka kemungkinan dikabulkannya doa yang diinginkan tentu saja tidak bisa dipastikan. Namun, yang menjadi kepastian adalah bahwa doa yang ideal dan kuat adalah doa yang disertai dan dibarengi dengan usahausaha atau perbuatan yang kuat dan nyata. Itulah ruang lingkup kemampuan manusia, adapun mengenai hasil akhirnya adalah keputusan dari Allah  SWT yang menentukan.

Yang perlu diingat dan disadari juga adalah bahwa setiap doa yang dipanjatkan kepada Allah swt mengandung resiko tertentu, baik resiko dalam pengertian yang positif maupun dalam artian yang negatif.

Misalnya, seorang yang memanjatkan doa agar dirinya menang dalam pemilihan pimpinan sebuah institusi atau lembaga atau pimpinan negara, apabila doanya dikabulkan, kemungkinan akan menghadapi resiko difitnah oleh pesaingnya yang ingin menjatuhkannya, yang kemungkinannya dengan cara ”dijebak” dengan skenario korupsi dan lain sebagainya.

Oleh sebab itu, hal penting untuk diketahui bersama, hendaknya dalam berdoa untuk  memasrahkan  segalanya pada kehendak Allah swt. Karena hanya  Allah sajalah yang mengetahui, menentukan apakah permohonan doa seseorang akan berakibat atau beresiko positif atau beresiko buruk; apakah seseorang akan sanggup menanggung resiko atau bahkan sebaliknya tidak dapat memikul resikonya.

Setiap mukmin hendaknya memanjatkan atau memohon doa yang terbaik untuk kebaikan dirinya dengan bersungguh-sungguh menggabungkan antara ucapan, pikiran, keinginan dan perbuatan. Namun segala sesuatu yang mengabulkan adalah Allah dan juga yang mengetahui hal yang terbaik untuk hamba-Nya adalah Allah. Oleh sebab itu, dalam pelafalan untuk memanjatkan doa yang baik sebaiknya seperti contoh doa di bawah ini:

‘Y a Allah, seandainya hal itu memberikan kebaikan kepada diriku, keluargaku, orang-orang yang aku cintai, orang-orang di sekitarku, dan masyarakat luas, maka perkenankanlah. Namun, bila tidak membawa berhak apa pun, atau menjatuhkan aku  pada keadaan yang sulit, maka jauhkanlah dariku.”

Posting Komentar untuk "Doa yang Baik dan Terkabulnya Doa"