Ajaran Islam: Kuasai Dunia, Tapi Jangan Mencintainya

Penyakit yang paling berbahaya bagi mukmin adalah penyakit cinta dunia dan takut mati atau penyakit wahn. Penyakit ini amat berbahaya, karena tidak akan membawa seseorang kepada tujuan yang sebenarnya yaitu selamat di akhirat, maka dari itu kita harus mematikan penyakit cinta dunia dan takut mati ini dalam diri kita.

Sebagai seorang Islam sudah seharusnya tidak mencintai dunia sehingga kita lupa akan tujuan yang sebenarnya yaitu kehidupan kekal di akhirat untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki masuk ke dalam syurga. Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia diberikan perantara Dunia untuk beribadah sebanyak mungkin dan mempersiapkan bekal menuju dunia yang kekal kelak di akhirat.

Baca juga

Oleh sebab itulah kita perlu menguasai dunia, namun tidak mencintainya karena Islam adalah agama yang bersifat dua Unsur yang berbeda yang mana untuk mendapatkan ridho dari Allah kita harus bersikap anti kepada dunia dan selalu mengisi waktu untuk beribadah kepada Allah swt. melalui sarana kehidupan di dunia untuk mencari bekal.

http://islamiwiki.blogspot.com/
Sebagaimana dalil Firman Allah swt. bahwa Allah tidak menciptakan jin manusia di muka bui ini kecuali untuk menyembah (beribadah) kepada-Nya.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat: 56)

Menguasai Dunia untuk beribadah di jalan Allah.

Ajaran Islam mewajibkan kepada para pemeluknya untuk mengelola dunia, menguasai dunia dengan berprinsip dan berpedoman pada aturan Allah yaitu syariah Islam. Hal yang demikian telah dicontohkan oleh baginda Nabi Agung Muhammmad saw berserta para sahabatnya.


Dalam sejarah masa peradaban Islam ketika itu, hampir seluruh sektor kehidupan terutama sektor ekonomi yang menguasai hajat kehidupan orang banyak dikuasai oleh Umat Islam. Ketika itu sahabat Nabi bernama Abdurrahman bin Auf di kota Madinah langsung menuju ke pasar untuk berniaga. Hanya dalam beberapa tempo saja, dengan dorongan iman dan Islam pasar yang sebelumnya dikuasai oleh Yahudi berhasil dikuasainya. Dengan menguasai sektor ekonomi tersebut, Abdurrahman bin Auf memberikan kontribusi hartanya dalam perjuangan Jihad di jalan Allah (Jihad fisabilillah).

Baca juga

Pada akhirnya, Abdurrahman bin Auf menjadi pengusaha yang sangat kaya ketika itu, sampai-sampai beliau berinfak untuk umat Islam sekitar 700 ekor unta dan semua muatan yang ada pada 700 unta tersebut. Subhanallah......

Menguasai dunia dan cinta dunia

Akan tetapi, berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Abdurrahman bin Auf. Adalah seorang bernama Tsalabah yang dahulunya hidup serba miskin. Diberikan jalan oleh Nabi dengan usaha ternak. Usaha ternak kambing yang dijalaninya sukses, akan tetapi dia kufur akan nikmat yang diberikan oleh Allah swt., dia menjadi sombong, angkuh karena kekayaannya dan dia tidak mau membayar zakat.

Baca juga

Namun,  Abdurrahman   bin  Auf  tidak  sama  dengan Tsalabah, yang jadi kufur karena dunia. Awalnya Tsa'labah hidup   miskin,  kemudian   sukses   dengan   usaha  ternak kambingnya,  lalu  menjadi  angkuh  dan  sombong  karena kekayaannya. Bahkan, ia berani menolak membayar zakat.


http://islamiwiki.blogspot.com/
Juga sebuah cerita menguasai dunia dan cinta Dunia adalah ketika itu pada Zaman kehidupan Nabi Musa, hidup seorang saudagar kaya yang bernama Qarun. Harta kekayaanya yang begitu banyak sampai-sampai kunci gudangnya saja membutuhkan satu ekor unta untuk mengangkatnya.

Qarun adalah saudagar kaya yang tidak beriman, dia sombong dan juga angkuh. Dai kufur nikmat dari Allah serta menolak keberadaan Allah yang Maha Kaya yang telah memberikannya rejeki dan kekayaan yang begitu banyak dan melimpah. Dia mengklaim bahwa semua yang telah diperoleh dan dimilikinya adalah hasil dari kepandaian dan usahanya sendiri.


Diceritakan di dalam Al-Qur’an secara lengkap tentang Qarun yang kufur akan nikmat Allah hingga akhirnya, Allah  menenggelamkan Qarun ke dalam bumi beserta seluruh harta kekayaannya.

۞إِنَّ قَٰرُونَ كَانَ مِن قَوۡمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيۡهِمۡۖ وَءَاتَيۡنَٰهُ مِنَ ٱلۡكُنُوزِ مَآ إِنَّ مَفَاتِحَهُۥ لَتَنُوٓأُ بِٱلۡعُصۡبَةِ أُوْلِي ٱلۡقُوَّةِ إِذۡ قَالَ لَهُۥ قَوۡمُهُۥ لَا تَفۡرَحۡۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡفَرِحِينَ ٧٦ وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ٧٧ قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلَىٰ عِلۡمٍ عِندِيٓۚ أَوَ لَمۡ يَعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ قَدۡ أَهۡلَكَ مِن قَبۡلِهِۦ مِنَ ٱلۡقُرُونِ مَنۡ هُوَ أَشَدُّ مِنۡهُ قُوَّةٗ وَأَكۡثَرُ جَمۡعٗاۚ وَلَا يُسَۡٔلُ عَن ذُنُوبِهِمُ ٱلۡمُجۡرِمُونَ ٧٨ فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوۡمِهِۦ فِي زِينَتِهِۦۖ قَالَ ٱلَّذِينَ يُرِيدُونَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا يَٰلَيۡتَ لَنَا مِثۡلَ مَآ أُوتِيَ قَٰرُونُ إِنَّهُۥ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٖ ٧٩ وَقَالَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ وَيۡلَكُمۡ ثَوَابُ ٱللَّهِ خَيۡرٞ لِّمَنۡ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗاۚ وَلَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ٱلصَّٰبِرُونَ ٨٠ فَخَسَفۡنَا بِهِۦ وَبِدَارِهِ ٱلۡأَرۡضَ فَمَا كَانَ لَهُۥ مِن فِئَةٖ يَنصُرُونَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُنتَصِرِينَ ٨١ وَأَصۡبَحَ ٱلَّذِينَ تَمَنَّوۡاْ مَكَانَهُۥ بِٱلۡأَمۡسِ يَقُولُونَ وَيۡكَأَنَّ ٱللَّهَ يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦ وَيَقۡدِرُۖ لَوۡلَآ أَن مَّنَّ ٱللَّهُ عَلَيۡنَا لَخَسَفَ بِنَاۖ وَيۡكَأَنَّهُۥ لَا يُفۡلِحُ ٱلۡكَٰفِرُونَ ٨٢

Artinya:
Ayat 76.Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri"

Ayat 77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan

Ayat 78. Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka

Ayat 79. Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar"

Ayat 80. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar"

Ayat 81. Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya)

Ayat 82. Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)"


Dunia  adalah   sarana  menuju  akhirat.  

Di dalam kehidupan dunia ini Allah menyediakan berbagai macam hal, seperti waktu untuk sholat, dianjurkan berpuasa, zakat, infak, shodakoh, haji, umrah, pekerjaan, rezeki, air, pakaian, harta kekayaan, binatang peliharaan dan lain sebagainya adalah sebagai sarana manusia untuk beribadah mencapai kehidupan akhirat.

Sebagaimana Firman Allah dalam surat al-Qasas ayat 77 di atas yang artinya: "Dan  carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupa­kan  bahagiaanmu  dari  (kenikmatan)  duniawi."


Dari cerita panjang lebar di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
  • Apabila seorang mukmin kufur dari nikmat Allah, maka sesungguhnya adzab atau siksa Allah itu teramat pedih sebagaimana yang telah menimpa Qarun sebagaimana firman Allah di atas. Juga dalil firman Allah swt.

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ

Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim ayat 7)
  • Ajaran Islam memberikan kita anjuran bagi umatnya untuk dapat dan mempu menguasai dunia dan tidak mencintainya untuk agama dan mencari bekal di kehidupan akhirat kelak yang kekal adanya. Menguasai dunia tidak untuk diri dan keluarga semata akan tetapi untuk berjihad di jalan Allah swt. sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya.

Nabi Muhammad adalah seorang ahli dalam bidang niaga dan bisnis yang tidak mencintai keduniaan.

Juga Sayidina Ali yang ahli dalam perang, akan tetapi juga ahli dan tekun dalam ibadahnya.

Juga para Nabi yang lain yang juga ahli dan menguasai ilmu keduniaan namun mereka juga ahli ibadah, seperti Nabi Musa adalah Nabi yang menguasai ilmu peternakan, Nabi Nuh ahli ilmu perkapalan, Nabi Isa ahli ilmu pengobatan, Nabi Yusuf ahli ilmu perekonomian, Nabi Daud ahli metaluri.

Oleh sebab itu, sebagai umat Muslim yang berpegang kepada dua pegangan yaitu al-Qur’an dan Hadits Nabi yang keduanya mengajarkan untuk dapat menguasai di semua bidang keduniaan, serta tetap menjadikan kehidupan akhirat sebagai prioritas utama bukan cinta kepada keduniaan.

Posting Komentar untuk "Ajaran Islam: Kuasai Dunia, Tapi Jangan Mencintainya"