Menjual Dunia untuk Akhirat

Dalam kehidupan selama kita di dunia seringkali kita berbuat dan bertindak melampaui batas-batas larangan dari Allah swt. Dan bahkan sudah tidak terhitung kesalahan yang telah kita perbuat karena melanggar larangan dan aturan Allah swt. Sungguh kesalahan, kealpaan dari perbuatan-perbuatan yang kita kerjakan teramat sangat menyedihkan dan sudah seharusnya kita renungkan dengan bermuhasabah, instrospeksi atas semua kesalahan-kesalahan yang bahkan tidak dapat kita menghitungnya.

Sudah kita ketahui bersama bahwa sekecil apapun perbuatan kita, maka kelak nanti di hari pembalasan akan diperlihatkan. Maka setiap ketakwaan, ketaatan atau sebaliknya setiap kedurhakaan, melanggar aturan dan larangan dicatat oleh Allah meskipun itu sekecil apapaun dam akan dimintai pertanggungjawaban kelak nanti di hari kiamat.

Namun, sayangnya tidak setiap detik, setiap saat kita menyadari akan bahaya dan kealpaan dari berbuat alpa dan kesalahan karena melanggar larangan dan aturan Allah swt, mudah terlena dan larut dalam angan-angan kehidupan dunia, nafsu, terlena dengan kelapangan sehingga melupakan datangnya kematian yang kedatangan tidak seorangpun tahu karena itu adalah misteri dari Allah swt. Seringkali kita melupakan dan menunda-nunda untuk beramal sholeh dan berbuat kebajikan yang dapat menyelematkan kita pada hari persidangan Allah swt. Seringkali juga lalai untuk membangun dan membuat kebiasaan berdoa sungguh-sungguh dengan hati, memohon ampunan serta menjalin hubungan silaturahmi mesra dengan Allah swt.


Hati manusia selalu berubah-berubah terkadang sadar dan terkadang tidak sadar. Seringkali kita menyadari bahwa mengejar harta itu tidak ada artinya karena akhirnya mereka akan meninggalkan kita. Namun, kesadaran seperti ini timbul tenggelam dalam lingkaran kesibukan dunia. Hal lain yang menjadikan kita tidak sadar adalah sering kali kesadaran kita tertindih oleh pemaknaan atas tanggung jawab diri pada keluarga, kemanusiaan serta yang lainnya. Manusia pun lebih cenderung untuk cepat bergerak dalam hal keduniaan ketimbang mencari akhirat yang hakikatnya adalah kelak akan abadi. Pernahkah kita merenungi berapa hari, berapa malam yang sudah kita habiskan untuk mencari dunia. Dan berapa hari, berapa malam kita habiskan demi akhirat kelak yang kekal?


http://islamiwiki.blogspot.com/
Kehidupan di dunia ini hanyalah sementara dan sesaat. Namun, kesesaatan dan kesementaraan ini akan menjadi penentu keabadian kita kelak nanti di akhirat. Kehidupan dunia ini sejatinya adalah suatu perjalanan yang sangat pribadi yaitu dari tanah menuju tulang sulbi, dari tulang sulbi menuju ke rahim, dari rahim menuju ke dunia, dari dunia menuju ke alam kubur, dari alam kubur menuju ke mahsyar dan dari mahsyar menuju ke negeri abadi yaitu surga atau neraka.


Perjalanan manusia masih panjang. Saat ini kita masih berada pada tahap ke empat dari perjalanan menuju keabadian. Setelah tahap ke empat ini kita bersama-sama akan menuju alam barzah atau alam kubur, bersama-sama menuju kesendirian. Segala sesuatu yang kita bangun selama di dunia tidak akan menjadi bekal bagi kita ke alam kubur, kecuali segala sesuatu yang kita kerjakan di dunia ini bernilai ibadah kebaikan untuk sesama manusia dan berbuah pada kedekatan kepada Allah swt. Oleh sebab itu, rugilah bagi mereka yang hanya mengumpulkan sedikit bekal untuk perjalanan yang teramat jauh.


Janganlah kita menjadi manusia yang merugi dan sedikit bekal. Mari hadapkan diri kepada Allah swt. Dengan mengisi tahap ke empat ini dengan berbagai amal ibadah dan ketaatan yang hanya karena Allah semata.

http://islamiwiki.blogspot.com/
Imam Ibnu al-Faraj ‘Abd Rahman ibn ‘Ali al-Jawzi mengajak umat Islam untuk menjual dunia demi akhirat. Beliau juga memastikan bahwa manusia akan beruntung di dunia apabila mereka mengutamakan akhirat. Beliau mengatakan bahwa kesulitan dunia tak akan mencelakakanmu apabila engkau memiliki simpanan kebaikan di akhirat. Dunia ini adalah binatang tunggangan. Apabila engkau menungganginya, ia akan memilikimu. Dan apabila engkau memikulnya, ia akan membuatmu binasa.

Bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat apabila melakukan kesalahan adalah kuncinya. Sebagai petaubat yang benar-benar bertaubat, terdapat rambu-rambu yang hendaknya dijauhi dan dikerjakan dalam sikap dan tindakan antara lain menyayangi sesama, menjaga lisan atau perkataan karena Allah swt., berhenti dari mencari aib dan keburukan orang lain, meninggalkan perbincangan yang tidak berguna, tidak berzina, tidak bergibah, tidak mengadu domba, meninggalkan semua kejahatan dan dosa, tidak memanjakan syahwat dan lain sebagainya.

Baca juga gibah atau
Baca juga mengadu domba

Ibnu al jaw-zi juga menegaskan bahwa sesungguhnya mahar atau mas kawin akhirat sejatinya sederhana yaitu hati yang ikhlas dan lisan yang berdzikir. Oleh sebab itu, segala sesuatu hal yang kita kerjakan baik lisan, sikap, tindakan, pikiran harus diiringi dengan kesadaran bahwa keseluruhan waktu petobat terisi dengan amal kebaikan, kesholehan, berbicara seraya berdzikir kepada Allah swt, bergerak dengan perintah Allah swt., bersedih karena teguran Allah swt, bergembira, senang karena dekat dengan Allah swt. Perlu dipertegas bahwa pertaubatan tidak semata-mata dilakukan setelah berbuat maksiat atau karena menumpuknya dosa-dosa. Untuk meraih ampunan-Nya dapat diraih dengan mengerjakan berbagai kebajikan dan kebaikan di tengah keheningan malam, di setiap waktu

Posting Komentar untuk "Menjual Dunia untuk Akhirat"